MY LOVE STORY IV

Setelah percakapan singkat di motor kala itu, hubungan aku dan Adit berjalan masih seperti biasa, walaupun sebenarnya sedikit menyebalkan. Tapi aku enggak mau merusak hubungan persahabatan kita jadi aku terus berusaha bersikap seperti biasa dan pastinya kalo lagi barenga part paling menyebalkan ya itu ketika dia ceritain gebetannya Pamel. Sebenernya ada yang aneh sih dari hubungan mereka tapi aku lagi-lagi bodoh dan enggak sadar waktu itu “kenapa Adit gak minta dukungan skripsiannya sama Pamel aja malah ke aku?” dan “kenapa aku merasa waktu yang Adit habiskan itu lebih banyak bersama aku, bahkan di akhir pekan juga kadang sama aku”

Waktu yang berjalan terus juga akhirnya aku sendiri berniat untuk mengubur perasaan aku ke Adit, aku jadi dekat dengan seseorang juga yang pastinya aku cerita juga ke Adit tentang Nanda. Sebenarnya alasan aku dekat dengan Nanda hanya untuk tanya-tanya skripsi aku bukan hal lain. Tapi entah gimana hubungan aku dengan dia mlaah berkembang ke arah romansa, tapi aku enggak masalah, toh aku tau prioritas aku dan aku merasa aku tau jalan aku jadi masih sebatas oke-oke aja. Sampai suatu ketika Nanda ajak aku ketemu dengan Ibu nya (dia broken home, btw) dan di tempat Ibu nya dia bilang “Sebenernya gue pengen serius sama lo.” di saat itu aku enggak ngerti maksud dia karena tiba-tiba dia bilang kayak gitu dan menurut aku itu aneh banget, dan aku cuma jawab “ooohhh” enggak lama setelah itu kami pamit untuk pulang. Dia sempat mau gandeng tapi aku mengelak.

Sampai sini aku masih enggak ngerti kata “serius” yang diucapin Nanda, entah aku yang terlalu polos atau emang lagi enggak mudeng aja, karena aku sama sekali enggak merasa dia punya perasaan khusus ke aku (beda sama perlakuan nya Adit ke aku) karena aku juga bukan tipe perempuan yang gampang jatuh hati 😀

Suatu hari aku seperti biasa aku dan Adit pulang kerja barenga, ketika boncengan aku cerita kalo hari minggu kemarin saat dia ketemu Pamel, aku ketemu sama Nanda dan aku cerita apa yang Nanda bilang ke aku. Anehnya seketika dengar itu Adit langsung limbung gitu nyetirnya sampai dia buka helm dan otomatis aku panik, aku tanya “kenapa? lu sakit dit?” Adit cuma geleng kepala terus minggir. Walaupun aku tanyain Adit tetap enggak jawab apa-apa, setelah itu Adit pakai helm lagi dan kita jalan lagi menuju kampus dengan keheningan. Aneh. Ohiya setelah itu aku ajak Adit buat ketemuan sama Nanda, dan sikap Adit malah makin aneh. Misalnya dia kasih aku earphone untuk dengerin lagu terus dia pasang 1 nya di telinga dia, kita dengerin berdua terus dia bilang “gue pengen si Nanda liat kita kayak gini, biar si Nanda cemburu” dan aku cuma bisa pasang ekspresi “what?”. Sebenarnya kita ketemuan gak cuma bertiga karena kita mau bahas skripsian, jadi ada satu teman lagi yang datang namanya Eneng. Begitu kita selesai dipertemuan itu aku diantar Nanda dan Eneng diantar Adit ke stasiun. Aku dan Eneng rumahnya dekat jadi kita suka pulang bareng juga. Seteleh itu Eneng cerita kalau dia sama sekali enggak suka sama Nanda dan dia menyampaikan kalo Adit bilang gini ke dia “Neng, gue gak pengen kehilangan Ninda”. Dan Eneng ataupun Adit enggak pernah kasih penjelasan lebih dari itu setelahnya, seolah olah aku harus menyimpulkan semuanya sendiri.

# Mungkin siapapun yang membaca sampai sini akan beranggapan bahwa Ninda nih emang bodoh banget. Aku akui hal itu, tapi aku juga punya pembelaan. Ninda kan enggak pernah pacaran sebelumnya dan selama dia berstatus sebagai pelajar dia berprinsip untuk enggak pacaran. Jadi ya jalanin aja hidupnya sebagai pelajar. #

Hubungan aku sama Adit masih berjalan seperti biasa, tapi hubungan aku dengan Nanda akhirnya kita pacaran. Karena ini adalah pertama kalinya aku pacaran jadi aku rasa ya biasa aja dan enggak ada yang harus dirubah, enggak ada yang spesial lah pokoknya karena aku pun cuma “manfaatin” dia kan untuk bantu skripsian aku. Karena hubungan aku dan Adit masih seperti biasa, aku masih suka pulang bareng sama Adit menuju kampus. Tapi Nanda enggak suka dan teman kerja ku pun sedikit komentar akan hal itu, akhirnya sedikit-sedikit aku dan Adit punya jarak lagi. Tapi enggak lama, karena beberapa kali Adit ajak pulang kerja bareng karena dia merasa enggak enak badan jadi dia minta aku bonceng. Akhirnya beberapa kali aku bohong sama Nanda, supaya bisa pulang bareng sama Adit.

MY LOVE STORY III

Cerita cinta ku di masa putih abu berakhir seperti itu saja, yang aku dapatkan lebih banyak pelajaran dan pertemenan 🙂 dan hal itu sangat amat berharga untuk ku karena aku pun merasa lebih membutuhkan dua hal itu dibanding cerita cinta romantis antar laki-laki dan perempuan.

Terima kasih masa putih abu ku yang tak terlupakan, Ibu / Bapak Guru, teman-teman, bang inyong (tukang es di sekolah hehe), Ibu / Bapak kantin dan koperasi, Mamang OB, Pak satpam, semuanya deh pokoknya 😀

Oke, kembali ke topik. Setelah masa putih abu aku beruntung karena bisa lanjut sekolah sarjana. Kisah cinta ku di saat kuliah juga sebenarnya enggak spesial tapi menurut ku banyak hal manis yang akhirnya aku ketahui jauh setelahnya. Enjoy this part story 🙂

Awal perkuliahan seperti biasa aku berkenalan dengan banyak orang dari berbagai daerah, suku, ras dan agama. Di masa-masa perkenalan itu yang tentu bukan hanya orang-orangnya tapi juga budaya di kampus, peraturan dan lain sebagainya. Diantara banyaknya teman, Aditya adalah laki-laki yang menjadi teman terdekat ku. Banyak banget hal manis sama dia yang sama sekali enggak aku sadari waktu itu.

Kita selalu sama-sama alasannya adalah karena nomor induk mahasiswa (NIM) kita berdekatan jadi kita selalu di kelas yang sama, beberapa kali juga di kelompok yang sama, berteman dengan orang-orang yang sama, belajar bersama, sampai pulang sama-sama (ini karena aku sering nebeng sama dia. hehe). Suatu hari saat aku dan Adit pulang bareng setelah UTS di tengah jalan hujan deras dan karena kita sama-sama malas untuk nunggu reda jadi kita terobos aja hujannya, begitu sampai stasiun (Adit biasanya antar aku sampai stasiun karena aku biasa pergi-pulang naik kereta) dia masuk indomart tanpa bilang apa-apa, jadi ya tiba-tiba markir terus dia masuk gitu aja tinggalin aku (beneran aku bingung haha, entah dia marah sama aku atau apa). Sekitar 5 menit aku tunggu dia untuk keluar yang sebenernya aku pengen tinggal aja sih cuma kan di perjalanan tadi dia sempet kasih jaketnya ke aku (karena waktu itu aku pakai putih-hitam untuk ujian) jadi akhirnya aku tungguin dia, begitu dia keluar ternyata dia beli sandal warna biru hitam motif bunga (haha sehapal itu dong aku) dia buka di depan aku terus langsung kasih ke aku persis di depan kaki aku dan ini masih dengan tanpa berkata-kata (bingung, tapi ini manis).

Setelah itu aku cuma menatapnya, lalu berkata “ini buat gue?” dia pun akhirnya bicara “iya nda, sepatu lu basah gitu. kan lu naek kereta ber-ac dingin. Udah nih ganti aja, sepatunya masukin sini”. Awalnya gue nolak, cuma kan dia udah beli ya. Kayak jadi sia-sia aja gitukan kalo aku tolak, akhirnya aku menuruti dia, setelah itu kita berpisah. Di kereta banyak banget hal yang aku pikirin, pertama “ini sendal harganya berapa ya?”, terus “ini buat aku atau di pinjemin?”, terus “dia kenapa ya kok baik banget sih?”, “uang jajan dia banyak apa ya?”. Momen itu adalah pertama kalinya dia bersikap sangat manis ke aku dan pertama kalinya juga aku mendapatkan hal yang manis seperti itu dari laki-laki.

Hubungan pertemanan kita terus berlanjut, aku selalu pulang bareng dia, kadang berangkat juga dia jemput ke stasiun, ke perpus bareng, satu kelompok tugas, chatting-an bahkan telponan, dia suka main ke rumah aku bareng teman-teman yang lain, kita ke gramed bareng juga. Dan banyak hal manis yang dia lakuin untuk aku tanpa aku sadar. Contohnya: selalu tungguin aku untuk pulang bareng (karena aku aktif di UKM dia enggak), bela-belain balik lagi ke kampus karena aku minta pulang bareng (saat itu dia udah setengah perjalanan menuju rumahnya, dan dia mau balik lagi ke kampus), antar aku kemanapun dan kapan aja, selalu bantuin aku entah tugas kuliah atau hal lainnya, suka perhatiin aku dan cari perhatian aku, dan banyak lagi deh pokoknya 😀

Inti nya sedekat itu pertemanan kita. Sampai suatu hari teman ku Puput tanya aku dan Adit tuh gimana, apa pacaran apa cuma teman? Aku jawab seadanya ya teman dekat, terus Puput cerita sebenarnya Adit tuh deket juga sama perempuan yang beda jurusan sama kita, dan mungkin Puput mikirnya Adit tuh enggak benar-benar baik singkatnya playboy. Karena menurut Puput Adit deketin perempuan itu dan aku bersamaan dan suka berangkat / pulang bareng juga (kalo lagi enggak bareng aku, karena aku aktif di UKM), akhirnya Puput kasih saran untuk rada agak jarak aja sama Adit, karena waktu itu aku polos dan percaya-percaya aja sama teman kan, jadi aku ikutin sarannya.

Setelah beberapa kali aku tolak Adit untuk pulang bareng, dan bener-bener jaga jarak ke dia. Ternyata Adit malah deket sama temen ku yang lainnya Putri 😀 dia suka jalan bareng bahkan kayak ke mall gitu sama Putri, terus jemput / antar dia, makan bareng, bahkan sering main ke rumahnya Putri sampai keluarganya pun taunya Adit tuh ya pacarnya Putri, tapi anehnya Adit masih cari perhatian ke aku entah kalo dia sakit atau masih suka telpon. Nah kurang lebih 1-2 semester mereka sedekat itu Putri cerita ke kita, kalo Adit nyatain perasaannya ke dia, yang sebenernya Putri tuh punya pacar tapi memang cuma kita (temen-temen terdekat) aja yang tau, teman sekelas lainnya gak tau. Karena aku juga sibuk di UKM jadi aku gk terlalu ikut campur soal hubungan mereka, dan menikmati waktu dan kesibukan ku sendiri aja.

Akhirnya kita enggak deket lagi, antara aku-Puput-Putri-Adit karena aku dengan kesibukanku, Puput dan Putri juga, sedangkan Adit akhirnya pindah kelas malam karena memang dia juga mau sambil kerja. Walaupun begitu aku tetap dekat dengan Adit tanpa sepengetahuan teman-teman ku yang lain karena aku hubungan dengan Adit lebih sering via hp, akhirnya aku minta dia untuk KP (Kuliah Praktik) bareng aku, di saat-saat KP kita mulai deket lagi, cari-cari info KP, sebar CV, dan lain-lain.

Setelah KP, aku pun pindah ke kelas malam karena peminatan yang aku ambil mahasiswa nya gak sampai 10 orang di kelas pagi, jadi untuk peminatan di gabung semuanya di kelas malam, akhirnya aku ketemu lagi dan bareng-bareng lagi dengan Puput, Putri dan lainnya dan akhirnya malah sedikit renggang lagi hubunganku dengan Adit. Beruntungnya aku keterima kerja di sekitar Roxy-tanah abang jadi keseharianku terisi penuh dengan pagi-sore kerja malamnya kuliah sambil ngerjain skripsi juga pastinya 😀

Suatu hari Adit buat status di sosmed (dulu sih pakenya BBM) statusnya dia di infus gitu di ruang kamar yang udah pasti itu di rumah sakit, dan aku balas statusnya untuk nanya kabar dia, dan terus berlanjut untuk obrolan lainnya, walaupun aku enggak sempat jenguk dia. Karena akhirnya kita berbalas pesan lagi, kita jadi dekat lagi dan tiba-tiba Adit ngajakin pulang kerja bareng alias berangkat ke kampus bareng 😀

Jadi kita kembali dekat lagi, dan karena sama-sama lagi garap skripsi kita bener-bener jadi dekat banget lagi kayak di awal semester, aku sering main ke rumah dia bergitupun dia, pulang kerja selalu bareng, pulang kampus juga bareng. Sampai suatu ketika ada perasaan yang beda timbul dalam diri aku, aku merasa nyaman banget sama Adit, walaupun dulu aku selalu bareng juga sama Adit tapi kali ini rasanya beda mungkin karena semua hal sulit yang aku lalui bareng dia dan dia adalah tempat aku berbagi seolah cuma dia yang bisa mengerti aku, dan banyak hal yang menjadi menyenangkan ketika sama dia setelah melalui banyak hal sulit. Aku enggak punya keberanian untuk ungkapin duluan perasaan suka aku ke Adit, jadi aku selalu pendam dan aku cuma berharap dia tau dan memiliki perasaan yang sama dengan aku.

Suatu ketika di perjalanan kita menuju kampus, tiba-tiba Adit cerita “Nda, gue lagi deket nih sama cewe” “….” “gue sering jalan sama dia, suka telponan juga”. Sampai di kalimat ini aku sedikit PD mungkin yang dia ceritain itu aku? Jadi aku tanya “emang siapa? lu suka sama dia?” terus Adit jawab “orang Pamulang, gue ….” dia lanjut cerita tapi aku kalut dengan pikiran ku sendiri, di boncengannya aku cuma bisa menatap kosong punggung dia, ternyata perasaan aku dan Adit enggak sama, dan mungkin memang aku aja yang kepedean?

MY LOVE STORY II

Setelah cerita lucu ku di bangku SMP cerita cinta ku berlanjut ke SMK yang sama seperti sebelumnya, biasa saja dan menggelikan 😀

Awal ku masuk SMK aku bertekad untuk menjadi pribadi yang berbeda, yang lebih berani, lebih ceria dan lebih menyenangkan dan aku tahu apa yang ku butuhkan adalah teman. Maka aku hanya mencari teman sebanyak-banyaknya juga mencari dan menjadi teman terbaik, pada masa nya (sekitar tahun 2008-2009) Yovie and Nuno tuh lagi tenar-tenarnya dan aku suuukkaaaa baangeettttt sama mereka terutama vokalisnya Dikta, ya sampai sekarang sih yaa mereka aktif terutama Dikta nya. Nah pas aku SMK itu lagi masa-masanya puber kan, aku naksir sama teman seangkatan ku namanya Reza. Padahal aku sama sekali gak pernah ngobrol sama dia, gak pernah tahu asal-usul dia, gak pernah sekelas sama dia, bener-bener kayak “cinta pada pandangan pertama” gitu (ngakak sih) cuma gara-gara dia mirip Dikta (hahahahahahahaa *ups) okeyyy jadi emang sekocak itu.

Singkat cerita aku naksir si Reza ini sampe aku kelas 3 SMK dan selama itu juga aku cuma berani pandang-pandangan dong sama dia, tiap dia lewat kelas gue atau sebaliknya. Dan diakhir masa abu-putih cerita cinta ku hanya sekedar pandang-pandangan sama Reza, cowo yang aku suka dan gak pernah mencoba untuk ngobrol sama dia. Akhirnya aku beranikan diri di hari terakhir sekolah untuk beli coklat “silverqueen” 😀 yang aku kasih pita juga untuk aku kasih ke dia, tapiiii……

Teman-teman ku gak setuju dan malah bilang “ngapain sih?”, “gak usahlah” dan temanku yang lain pun merespon hal yang sama, makin ragu dong aku sampe akhirnya gak ada satupun temanku yang setuju aku kasih coklat itu ke Reza (tapi memang Reza itu banyak rumornya sih, walaupun aku gak tau apa. Mungkin itu yang membuat tema-teman ku gak setuju) akhirnya Ajeng, salah satu teman dekat ku membuka bungkus coklat dan langsung menyuapi aku, Andin, Fenty, Putri, Ainna dan hasilnya yasudah kita makan bareng-bareng deeeh.

Aku gak marah sama Ajeng atau teman-teman ku yang lain, malah aku bersyukur mempunyai mereka, mereka peduli dan menyayangi aku. Terima kasih Sem 😉 (Semut = Sekumpulan anak Multimedia Tujuh).

Epilog:

Aku punya teman dekat di rumah, namanya Fira setelah beberapa bulan berlalu kelulusanku. Fira cerita Reza tiba-tiba kirim pesan lewat fb ke dia dan minta kenalan gitu. Pedih sih, tapi udah berlalu so, bye !

Pelarian ku

Pelarian ku berawal dari kesalahan ku dalam memilih, banyak sekali pengandaian di kepala ku saat ini.

Seandainya aku tidak memilih dia, seandainya aku lebih pintar, seandainya aku lebih tahu, seandainya aku lebih bijak, seandainya aku mengikuti kata hati ku, seandainya aku menghadapi semuanya, dan masih banyak andaian lainnya.

Sekarang aku di sini, di tempat pelarian ku di kota orang yang tidak peduli akan kehadiran ku yang bahkan ada atau tidaknya diriku orang lain tak peduli. Di sini hanya ada aku awalnya, hingga aku bertemu orang-orang baik dan pelajaran yang tidak akan aku dapat di kota asal ku.

Pelarian ku berawal dari konflik perasaan, pacar pertama ku bukan seorang laki-laki yang baik pada umumnya aku tahu baik adalah relatif, tapi untuk ukuran lelaki yang bicara sembarang, kasar, dan kurang menghargai perempuan ku rasa itu bukan definisi lelaki baik. Karena aku telah memilih pacar pertama ku dia (ah iya, sebut saja Rael), banyak hal baik di diri Rael tapi untuk beberapa perlakuan seperti perkataan, sikap terhadap orang tua atau sebaya, dan cara menghargai perempuan, ya banyak hal tidak baik juga di dirinya. Aku yang belum pernah pacaran hingga usia 21 tahun memilih Rael untuk jadi pacar pertama ku dengan harapan yang kurasa berlebihan, hingga akhirnya aku sadar aku pantas mendapat seseorang yang lebih baik dari Rael. Selesainya hubungan ku dengan Rael, bersamaan dengan kelulusan sekolah sarjana ku.

Di saat aku sedih mengenai perasaan ku, Ayah ku berkata akan lanjut membiayai sekolah S2 ku dan beliau minta untuk di luar kota. Aku merasa itulah jawabannya, aku harus pergi, lari dan menjauh dari kota ku. Aku muak dengan Rael, terlebih aku muak pada kota ku yang menjadi saksi bisu antar aku dan Rael. Aku pergi lari dari kota ku, dari Rael dan dari diriku di masa itu, aku akan menjalani hidup baru, melangkah di kota baru mengukir kenangan yang baru dengan orang-orang baru yang akan aku temui di sana.

Sesampainya di kota ini, kenangan itu ternyata tetap ada tetap menghantui sejauh mana pun aku melangkah, sesibuk apapun aku belajar, sebanyak apa pun aku bertemu dengan orang baru, Rael tetap menjadi kenangan dalam diriku. Aku tahu melanjutkan sekolah bukan untuk siapa-siapa selain diriku, tapi karena di awali dengan niat mendasar ku yaitu lari, aku merasa semua ini sia-sia, aku hanya merasa hampa, memang aku mendapat pengalaman baru, aku mendapat kenalan baru, aku mendapat pelajaran baru, aku mendapat kemewahan sekolah tinggi, tapi aku tetap merasa hampa.

Apa yang sebenarnya aku ingin adalah lari dan menghapus kenangan itu, tapi aku tidak bisa, aku merasa terjebak dalam diri ku sendiri. Aku hanya ingin lari, tapi ke mana? Ke mana lagi? Sekarang aku merasa lelah, aku merasa sia-sia, aku merasa hampa.

Aku ingin kembali, tapi tidak ada pilihan itu. Sekarang aku hanya ingin segera menyelesaikan semuanya dan pulang, tapi harus dengan gelar yang baru itu tidak mudah.

Tolong aku.

Hidup segan, mati tak mau.

My Love Story I

Ketika ku kecil menurutku, aku hanya anak perempuan culun yang berusaha untuk ceria dan mempunyai banyak teman. Aku cenderung bermain dengan anak laki-laki karena, aku lebih tertarik main sepeda dan layangan dibanding main boneka aku lebih tertarik manjat pohon dan genteng dibanding main masak-masakan.

Beranjakku SMP, aku bertemu dengan sesosok teman laki-laki yang buatku lebih ceria dan nyaman ketika bersamanya. Sejak pertama kali ku masuk SMP, mulai dari masa orientasi dialah yang duduk di sampingku dan mengobrol dengan asyik. Kami terpisah ketika pembagian kelas, tapi kami tetap berteman walaupun tanpa memiliki no hp. Hingga saat di kelas 8 dia menitipkan salam untukku lewat teman sekelas, dan mengajakku bertemu di lapangan basket sekolah dekat kantin sehabis sekolah.

Teman sekelasku lantas meledek, bilang aku akan ditembak sama dia. Karena aku tak tau apa-apa, dan aku cenderung cuek aku mengabaikannya. Selesainya kelas terakhir, aku seperti biasa langsung menuju gerbang sekolah untuk langsung pulang. Tapi teman sekelasku, mengingatkan untuk ke lapangan basket dulu tapi aku abaikan. Tanpa sepengetahuanku, ternyata dia sudah menungguku di luar kelas lantas mengikutiku menuju gerbang sekolah.

Sadar aku diikuti, aku merasa takut mungkin untuk sebagian orang hal itu biasa atau mungkin suatu hal yang manis. Tapi buatku saat itu, aku tidak suka dan tidak mengerti. Lantas aku menjauh darinya, kebetulan sekolahku memiliki bus antar-jemput tapi sesekali disewa oleh anak-anak yang ingin pergi sekelas ke museum atau kolam renang (saat itu sekolahku belum ada kolam renang sendiri).

Tau bus sekolah belum berangkat, aku langsung buru-buru naik bus itu. Ternyata bus sekolah sedang disewa untuk mengantar anak-anak kelas 7 ke kolam renang untuk ambil nilai olahraga. Lalu aku langsung turun dari bus sebelum bus berangkat ke tujuan yang ternyata tidak searah denganku. Tapi, ternyata usahaku menghindarinya tidak mempan. Dia melihatku naik bus sekolah dan dia menungguku tepat di depan pintu bus.

Ketika aku turun dari bus, aku langsung berhadapan dengannya dan dengan menatapku mantap dia bilang “Ninda kamu mau gak jadi pacar aku?” kalimat yang membuatku reflek bilang “nggak !” setelah menjawabnya aku langsung pergi tanpa menoleh, tapi dia malah tetap mengikutiku dari belakang sambil bilang “yaudah, gak usah malu”.

Kalo dipikir-pikir lucu banget yaaa XD

Keesokan harinya, teman sekelasnya menyapa ku dan memberi selamat ketika bertemu di kantin. Aku yang merasa tidak tau apa-apa hanya menatapnya bingung. Lalu temannya berkata “kamu udah pacaran kan sama si A..ng?” dengan masih menatap bingung aku hanya jawab “enggak kok” dan dari jarak 3 meter aku melihatnya menatap ku.

Tidak hanya itu, keesokan harinya setelah jam istirahat karena terlalu lama mengantri aku sedikit terlambat masuk kelas. Lucunya, dia dan teman-teman sekelasnya di depan kelas seperti menungguku lalu (ohiya, kelasku dan dia sampingan. Jadi aku harus lewat kelasnya dulu) dia menghampiriku, tapi aku langsung lari dan tak mau dengar apa-apa darinya.

Yah hanya seperti itu, kisah awal cintaku 😀

Sebenarnya aku dan dia bertemu lagi di SMK dan kami sekelas, agak lucu sih karena tiba-tiba bisa bertemu lagi dan satu kelas. Tapi kita tidak dekat seperti masa orientasi SMP lagi, hanya seperti teman sekelas biasa yang tidak dekat, yah biasa aja. Sebenarnya, aku mau minta maaf karena cara menolakku yang menurutku tidak sopan, tapi yah toh sudah berlalu. Aku sempat bersapa dengannya lewat fb, yah tapi hanya sebatas itu.

a

Hal Yang Dirindukan Ketika Di Rumah

Saat ini aku melanjutkan studi s2 ku di salah satu Universitas DI Yogyakarta, setelah lulus s1 sebenarnya aku sudah mulai bekerja, walaupun pekerjaan saat itu tidak sesuai dengan latar belakangku, namun aku tetap menjalankannya karena ingin mendapatkan pengalaman bekerja.

Aku memiliki adik yang berjarak 2 tahun di bawahku, adikku seorang perempuan dan kami berbagi kamar dari kecil hingga kami sudah kuliah. Kamar kami luas, dan karena sejak kecil sudah sekamar kami jadi terbiasa dan tetap berbagi kamar hingga besar.

Aku punya kebiasaan, mudah sekali terlelap bahkan ketika di motor pun aku bisa tertidur (karena sebagian orang bisa menahan kantuknya), karena kebiasaanku ini tidak sekali aku terbawa angkutan hingga melewati tujuanku. Begitupun sampai di rumah, ketika aku benar-benar kelelahan dan langsung merebahkan diri ke kasur, aku bisa dengan posisi yang sama hingga pagi.

Karena kebiasaanku yang seperti itu, adikku yang selalu mengingatkanku untuk ganti baju dan bersih-bersih seperti cuci muka dan gosok gigi terlebih dulu, lanjut melanjutkan tidur. Tidak hanya itu, ketika aku sudah bersihpun aku sering lupa untuk membuka ikatan rambutku, mematikan lampu dan memakai selimut, dan adikku yang selalu membenahi tidurku. Membukakan kuncir rambutku, mematikan lampu, menutup pintu dan menyelimutiku.

Saat ini aku tinggal sendiri, di tempat baru dan pertama kalinya aku hidup jauh dari rumah, jauh dari orang tua ku, jauh dari adikku. Setiap persaudaraan pasti pernah bertengkar dan ya sama sepertiku dan adikku, bahkan pertengkaran kami sangat sering dan hal yang sangat sepele, tapi aku merindukannya.

Aku rindu bertengkar dengannya, aku rindu dengan semua ritualnya ketika aku sudah terlelap. di sini, tak ada yang memberi perlakuan seperti itu atau bahkan tak ada yang peduli apakah aku memakai selimut? Apakah aku sudah mengunci pintu dan mematikan lampu?

Aku selalu percaya benci adalah bagian dari cinta, sebenci-bencinya aku pada adikku tapi aku sayang padanya. Sangat. Dan saat ini aku merindukannya.

KONFLIK DI JAKARTA PADA TAHUN 1998

PENDAHULUAN

 1.1 Kata Pengantar

Konflik yang terjadi di Indonesia pada 1998 tidak hanya terjadi di Ibukota, tapi juga di kota besar lainnya, seperti Surabaya, Solo, Medan, Lampung dan lainnya. Saya mengambil topic ini khususnya yang di Jakarta, karena hingga saat ini setelah 18 tahun terlewati, belum juga ada ketetapan oleh hukum di Indonesia.

Karena sudah menjadi rahasia umum, konflik yang terjadi pada 1998 tidak hanya merugikan satu-dua pihak tapi sebagai salah satu catatan kelam sejarah Indonesia. Saya mengambil lokasi di Jakarta, agar lebih terfokus dan tidak terlalu melebarnya pembahasan.

1.2 Latar Belakang

Konflik yang terjadi di Indonesia pada Mei 1998 atau kita dapat menyebutnya Tragedi Mei 1998, diawali dengan krisis moneter yang melanda Asia. Namun tidak hanya itu praktik Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang merajalela di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab terjadinya Tragedi 1998.

Selain dua alasan di atas, banyak juga pendapat yang beredar dan dipercayai oleh masyarakat. Tidak hanya pendapat, pada akhirnya masyarakat dan mahasiswa pun membentuk komunitas untuk saling menguatkan sebagai korban atau keluarga/kerabat korban yang bertujuan untuk mengenang dan menuntut kejelasan atas Tragedi Mei 1998.

1.3 Rumusan Masalah

Pada tulisan ini, saya ingin mengetahui sejauh mana pendapat yang beredar dan dipercaya oleh masyarakat juga pemerintah, dan sampai mana penanganan/penyelidikan yang dilakukan oleh pemerintah. Karena menurut saya Tragedi Mei 1998 masih perlu diselidiki dan ungkap sepahit apapun faktanya, agar masyarakat Indonesia dapat belajar dan semakin kaya akan sejarah Indonesia.

DESKRIPSI LOKASI DAN KONFLIK

 2.1 Lokasi

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa konflik yang terjadi di Indonesia pada 1998 terjadi disetiap kota besar, namun dalam tulisan ini agar lebih fokus dan tidak melebar maka hanya akan membahas konflik yang terjadi di Ibukota Indonesia, yaitu Jakarta. Tercatat kerusuhan di Jakarta bermula dibagian barat yang selanjutnya melebar hingga seluruh Ibukota.

2.2 Konflik

Kerusuhan di Jakarta yang bermula di bagian barat sebagai pemicu kerusuhan di seluruh bagian Jakarta, di Jakarta Barat tepatnya di Universitas Trisakti terjadi penembakan pada mahasiswa yang sedang melakukan demonstrasi. Setelah itu terjadilah kerusuhan massal yang diduga adanya provokator untuk melakukan tindak kekerasan seperti penjarahan, pembakaran toko, rumah, kendaraan umum/pribadi.

Demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa dari beberapa kampus di Jakarta ini merupakan kecaman untuk Presiden Soeharto yang kembali terpilih untuk ke-7 kalinya. Pasalnya pada saat itu harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang, dan tuntutan mundurnya Presiden Soeharto mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.

Pola kerusuhan bervariasi, mulai dari yang bersifat spontan, lokal, sporadis, hingga yang terencana dan terorganisir. Para pelakunya pun beragam, mulai dari massa ikutan yang mula-mula pasif tetapi kemudian menjadi pelaku aktif kerusuhan, provokator, termasuk ditemukannya anggota aparat keamanan. Yang masih menjadi pertanyaan besar siapakah tokoh/kelompok/golongan yang menjadi provokator/pelaku kerusuhan yang memicu masyarakat untuk menjarah, membakar dan lain sebagainya. Padahal pada kesaksian yang didapat oleh TGPF banyak korban (yang mayoritas etnis cina) dlindungi oleh warga sekitar (“pribumi”).

Pada 23 Juli 1998 berdasarkan keputusan bersama menteri pertahanan keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Menteri Kehakiman, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Peranan Wanita dan Jaksa Agung, membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dipimpin oleh Marzuki Darusman SH (Komnas HAM) dalam rangka menemukan dan mengungkap fakta, pelaku dan latar belakang peristiwa 13-15 Mei 1998.

TGPF terdiri dari unsur-unsur pemerintahan, Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia (Komnas HAM), LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. TGPF melaksanakan tugasnya selama tiga bulan, yang berakhir pada 23 Oktober 1998. Penyelesaian tugas tim ini ditutup dengan Laporan Akhir TGPF yang merupakan dokumen faktual sebagai pertanggung jawaban TGPF.

Pada Laporan TGPF juga mencatat pola umum yang memulai kerusuhan dengan berkumpulnya massa pasif yang terdiri dari massa lokal dan massa pendatang (tak dikenal), kemudian muncul sekelompok provokator yang memancing massa dengan berbagai modus tindakan seperti membakar ban atau memancing perkelahian, meneriakkan yel-yel yang memanasi situasi, merusak rambu-rambu lalu lintas, dan sebagainya. Setelah itu, provokator mendorong massa untuk mulai melakukan pengrusakan barang dan bangunan, disusul dengan tindakan menjarah barang, dan di beberapa tempat diakhiri dengan membakar gedung atau barang-barang lain.1

Pelaku dari kerusuhan tersebut terdiri dari dua golongan, pertama masa pasif (massa pendatang), yang karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif, dan kedua, provokator. Provokator umumnya bukan dari wilayah setempat, secara fisik tampak terlatih, sebagian memakai seragam sekolah seadanya (tidak lengkap), tidak ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi setelah gedung atau barang terbakar.

Para provokator ini juga yang membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk keperluan merusak dan membakar, seperti jenis logam pendongkel, bahan bakar cair, kendaraan, bom molotov, dan sebagainya. Sedangkan banyak juga massa pasif lokal yang berkumpul hanya menonton sampai akhir kerusuhan, namun sebagian dari mereka menjadi korban kebakaran. Opini yang selama ini terbentuk adalah bahwa mereka yang meninggal akibat kesalahannya sendiri, padahal ditemukan banyak orang meninggal bukan karena kesalahannya sendiri.

Kerusuhan yang terjadi tidak hanya melibatkan fasilitas umum, kendaraan dan lain sebagainya, namun ada juga tidak kekerasan seksual pada wanita, namun adanya kesimpangsiuran di masyarakat tentang ada tidaknya serta jumlah korban perkosaan timbul dari pendekatan yang didasarkan kepada hukum positif yang mensyaratkan adanya laporan korban, ada/tidaknya tanda-tanda persetubuhan dan atau tanda-tanda kekerasan serta saksi dan petunjuk. Namun disisi lain, keadaan traumatis, rasa takut yang mendalam serta aib yang dialami oleh korban dan keluarganya, membuat mereka tidak dapat mengungkapkan segala hal yang mereka alami.

Laporan TGPF mencatat adanya kesimpangsiuran penerapan perintah dari masing-masing satuan pelaksana, begitu juga perbedaan persepsi tentang adanya vakum kehadiran aparat keamanan dimungkinkan karena:

  1. Adanya kelemahan komando dan pengendalian yang berakibat pada ketidaksamaan, ketidakjelasan/kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh satuan/pasukan di lapangan.
  2. Pemilihan penetapan prioritas penempatan pasukan pengaman sentra-sentra ekonomi dan perdagangan yang tidak memadai untuk dapat segara meredakan keadaan telah menyebabkan banyak korban, bertalian dngan kondisi keterbatasan pasukan di wilayah Jakarta serta dihadapkan dengan ekskalasi kerusuhan yang tidak mampu diantisipasi.
  3. Komunikasi antar pasukan pengamanan tidak lancar yang disebabkan oleh keanekaragaman spesifikasi alat-alat komunikasi yang digunakan, yang semakin dipersulit oleh banyaknya gedung bertingkat tinggi.

Sesuai dengan doktrin ABRI rakyat bukanlah musuh, sehingga secara hukum aparat keamanan tidak boleh mengambil tindakan berupa penembakan terhadap rakyat/masyarakat. Secara psikologi aparat keamanan menghadapi dilema untuk mengambil tindakan efektif oleh karena banyaknya anggota masyarakat dan adanya pasukan lain yang berada di sekitar lokasi.

Adanya perbedaan pola tindak dan bentrokan di lapangan, yang mencerminkan kondisi kurangnya koordinasi dan saling kepercayaan akan tugas untuk menghadapi tekanan arus massa yang besar.

Hingga saat ini terhitung sudah hampir 19 tahun lamanya tragedi Mei 1998, keluarga korban tetap tidak mendapat kepastian atas tuntutan mereka. Masyarakatpun seperti dibiarkan dengan kesimpulan sesat bahwa tragedi Mei 1998 adalah tumbal reformasi. Sebuah kehendak bersama rakyat untuk menumbangkan Orde Baru.

Walau begitu, saat wawancara (Kompas, 9/3/2017) Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menegaskan bahwa pemerintah tetap berkomitmen untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu. Tidak hanya tragedi di Mei 1998 pelanggaran berat HAM di masa lalu juga meliputi kasus, Peristiwa 1965, Peristiwa 27 Juli 1996, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, Peristiwa kerusuhan Mei 1998 dan penculikan aktivis pro-demokrasi 1997-1998.

FAKTOR PENYEBAB

3.1 Faktor yang Mendorong Konflik

Sebelum terjadinya kerusuhan ditahun 1998, terjadi beberapa kerusuhan di Indonesia seperti pada tahun 1965 yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang melakukan pembantaian/pemberontakan di Indonesia, dan pada saat itu keluarlah Surat Perintah Sebelas Maret (supersemar) yang menjadikan Soeharto penerus kepresidenan.

Pada masa pemerintahan Soeharto, atau disebut dengan Orde Baru pembangunan Indonesia sangatlah pesat, PKI-pun telah dibubarkan juga terdaftarnya kembali Indonesia di PBB. Namun masa pemerintahan Soeharto yang Otoriter membuat resah masyarakat khususnya dikalangan mahasiswa, karena merasa dibatasi.

Yang akhirnya menimbulkan kelompok-kelompok kontra Presiden Soeharto. Anggota-anggota dari kelompok kontra pemerintah ini banyak yang hilang/diasingkan oleh pemerintah. Begitupun media massa yang dibatasi dalam penyampaian beritanya.

Pada pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru.

Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan.

Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis multidimensional yang menjadi penyebab umum tragedi Mei 1998 yang melahirkan reformasi, sebagai berikut:

  1. Krisis Politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Soeharto dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya.
  2. Krisis Hukum dalam bidang hokum-pun, pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif).
  3. Krisis Ekonomi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996 mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per-dollar dan kenaikkan harga pokok dan listrik yang ditetapkan oleh pemerintahan.
  4. Krisis Sosial, Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah.
  5. Krisis Kepercayaan, krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto. Ketidak mampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.

3.2 Pemicu

Pada sore hari tanggal 12 Mei 1998 terjadi penembakan yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti yang sedang melakukan demonstrasi dan mendesak untuk melakukan demo di luar kampus. Hal ini menjadi pemicu awalnya kerusuhan besar di seluruh Ibukota.

Setelah penembakan terjadi, munculah provaktor-provokator yang mengadu-domba warga untuk melakukan tindak kekerasan. Sementara itu para mahasiswa tetap melakukan aksi di Ibukota, mendesak pengunduran diri Presiden Soeharto.

Melihat aksi-­aksi tersebut, akhirnya pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Soeharto mengundurkan diri’. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Soeharto.

Dan puncaknya, pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Soeharto menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI. Pada waktu itu juga B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.

DAMPAK TRAGEDI MEI 1998 DI JAKARTA

 Adapun kerugian dan korban yang dialami pada tragedi Mei 1998 dengan kategori sebagai berikut:

  1. Kerugian Material, merupakan kerugian bangunan seperti toko, swalayan, rumah, mobil, motor, barang-barang lainnya yang dijarah dan/atau dibakar massa.
  2. Korban kehilangan pekerjaan, adalah orang-orang yang akibat ter/dibakarnya gedung atau tempat kerjanya membuat mereka kehilangan pekerjaan.
  3. Korban penganiayaan dan luka-luka, adalah orang-orang yang meninggal dunia dan luka-luka saat kerusuhan seperti penganiayaan, korban tembak dan kekerasan lainnya.
  4. Korban penculikan, adalah orang-orang yang diculik/hilang pada saat kerusuhan.

Karena sulitnya menemukan angka pasti dari jumlah korban dan kerugian dalam tragdei Mei 1998, berikut variasi laporan yang dirangkum dalam Laporan Akhir TGPF:

  • Data Tim Relewan 1190 orang akibat ter/dibakar, 27 orang akibat senjata/dan lainnya, 91 luka-luka.
  • Data Polda 451 orang meninggal, korban luka-luka tidak tercatat.
  • Data Kodam 463 orang meninggal termasuk aparat keamanan, 69 orang luka-luka.
  • Data Pemda DKI meninggal dunia 288 dan luka-luka 101.

 

  1. Kekerasan Seksual, Bentuk-bentuk kekerasan seksual yang ditemukan oleh TGPF pada tragedi 1998, dibagi kedalam beberapa kategori, yaitu perkosaan, perkosaan dengan penganiayaan, penyerangan seksual/penganiayaan dan pelecehan seksual. Sama hal-nya pada kategori sebelumnya sulit dipastikan jumlah korban akibat kekerasan seksual. Namun TGPF mencatat sebanyak 52 orang mengalami kekrasan seksual di Jakarta pada tragedi Mei 1998.

 Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Mariana Amiruddin menyatakan korban pemerkosaan saat Tragedi Mei 1998 masih memilih bungkam hingga kini. Mereka mengalami trauma luar biasa yang membuat mereka enggan bercerita kepada orang lain. “Mereka menyatakan agar jangan membicarakan kejadian itu lagi dengan mereka. Karena itu benar-benar mimpi buruk. Kalau mereka diminta cerita, pasti sedih lagi,” kata Mariana saat ditemui di kantor Komnas Perempuan, Jakarta, Senin (11/5). (Sumber: CNN Indonesia)

Lanjutkan membaca KONFLIK DI JAKARTA PADA TAHUN 1998

Transformasi Konflik Bukan Resolusi Konflik

Etnobudaya

Adi Prasetijo

Konsep ini dipopoulerkan oleh John Paul Lederach. Lederach  menggunakan terminologi  transformasi konflik pada tahun 1980’an, setelah mengalami pengalaman intensif  selama berada di Amerika tengah. Konsep ini muncul dari kekhawatiran dengan beberapa konsep sebelumnya yang menurutnya belum bisa menjawab permasalahan penyelesaian konflik secara paradigmatik. Ia  menemukan bahwa misalnya  konsep resolusi konflik membawa kecemasan tersendiri dengan bahaya kooptasi yang ditimbulkannya yaitu ke arah yang akan membawa kekakuan makna konflik dimana orang-orang akan   menjadikannya sebagai isu kepentingan dan legitimasi. Dan ini menurutnya tidak  jelas benar karena resolusi  konflik tidak sejalan dengan advocacy.  Resolusi konflik baginya tidak dapat mengantisipasi perubahan yang akan terjadi sebagai akibat dari resolusi konflik tersebut.

Lihat pos aslinya 660 kata lagi

CONTOH SOAL PRAKTIK SERTIFIKASI JUNIOR NETWORKING BPPTIK 2012

1. Petunjuk:

  1. Baca dan pelajari setiap langkah/instruksi dibawah ini dengan cermat sebelum melaksanakan praktek
  2. Kerjakan pekerjaan sesuai dengan urutan proses yang sudah ditetapkan
  3. Selama ujian berlangsung, alat komunikasi (HP dan sejenisnya), programmable kalkulator agar di non aktifkan.
  4. Tidak diperkenankan kepada sesama peserta ujian untuk bekerja sama, tukar menukar, pinjam-meminjam catatan maupun alat tulis selama ujian berlangsung.
  5. Selama waktu ujian, tidak di ijinkan untuk keluar ruangan ujian. Kecuali telah menyatakan selesai..!!!

Nilai Akhir = 0, bila terjadi pelanggaran yang dilakukan

2. Instruksi Kerja:

  1. Buka halaman baru (file) pada aplikasi/software yang telah ditentukan
  2. Simpanlah file tersebut dengan format: UJK_JNAP_030316_Nama Lengkap
  3. Buatlah Rancangan Jaringan seperti pada gambar di bawah ini menggunakan aplikasi Jaringan
  4. Berikan Alamat IP Address sesuai dengan kebutuhan rancangan jaringan

Ujilah rancangan jaringan yang sudah dibuat dengan paket data secara acak/random

 

Buatlah rancangan jaringan seperti dibawah ini :

SOAL – TIPE A

soal A

SOAL – TIPE B

soal A

SOAL – TIPE C

soal C

 

Nah, jadi ini tes sertifikasi praktik JNA (Junior Networking Administration). Silahkan dijajal hehee..